resensi novel dua garis biru
Jakarta- Gramedia Pustaka Utama (GPU) menerbitkan novel ' Dua Garis Biru '. Cerita yang dinovelisasi oleh Lucia Prioandarini bakal rilis pada 22 Juli 2019 mendatang. Sudah nonton film Dua Garis Biru? Yuk resapi kisah Dara & Bima dalam medium yang berbeda, kali ini dengan membaca," tulis GPU, dilihat detikHOT, Senin (15/7/2019).
Wo Kann Ich Ältere Frauen Kennenlernen. Resensi Novel Dua Garis Biru DUA GARIS BIRU Judul Dua Garis Biru Pengarang Lucia Priandarini dan Gina S. Noer Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun 2019 Jumlah 208 halaman Via gramediadigital Novel ini diadaptasi dari naskah skenario yang ditulis oleh Gina S. Noer dan difilmkan dengan judul yang sama. Berangkat dari rasa penasaranku pada film ini, aku baca novelnya. Yang membuat penasaran adalah mengapa film ini begitu kontroversial? Banyak yang bilang menjerumuskan? Benarkah? Berhubung saya belum menonton filmnya, saya hanya akan mereview novelnya. Novel ini bercerita tentang sepasang kekasih, Bima dan Dara. Dari segi penamaan, penulis menyelipkan bahwa di sekolah pasti selalu ada Bima’ laki-laki yang bandel dan Dara’ perempuan yang cerdas. Keduanya sedang kasmaran. Saking kasmarannya, mereka malah melanggar batas dan membuat Dara hamil. Yang melanggar akan dihukum bukan? Begitu juga dengan Bima dan Dara di novel ini. Mereka mendapat sanksi sosial, mulai dari DO, dibicarakan tetangga Bima, disindir, bahkan dibuang oleh keluarga sendiri. Rencana Dara kuliah di Korea pun kandas. Menjelang akhir cerita, saya dibuat bingung siapa yang akan mengasuh Adam. Karena ada tarik ulur antara mau diberikan pada tantenya Dara atau akan diurus oleh Dara-Bima. Dan akhir ceritanya cukup mengejutkan dan membuat pikiran saya bekerja untuk melanjutkan ceritanya. Mengenai kesalahan Bima dan Dara memang besar, tapi novel ini tidak terkesan menggurui dan mengatakan bahwa mereka salah. Tapi penulis justru mendeskripsikan apa yang terjadi, kekecewaan keluarga, bahkan sampai perasaan bersalah mereka. Sampai pembaca yang menyimpulkan sendiri, “Wah, emang gak bener.” Kalau kata dosen Bapak Aprinus Salam, jika menulis sesuatu dengan menyelipkan perasaan kita sebagai penulis itu tandanya masih harus belajar. Justru kalau hasil tulisan itu membuat pembaca juga merasakan hal yang sama dan benar-benar berdecak kagum atau kesal, itu baru berhasil. Dan, kupikir novel ini berhasil membuat pembaca memetik pelajarannya. Kembali ke persoalan menjerumuskan, apakah novel ini demikian? Kupikir tidak. Karena penulis menuliskan cerita yang bersifat kausalitas ada hubungan sebab akibat. Karena fungsi sastra juga sebagai media pembelajaran. Novel ini kurekomendasikan untuk para remaja, apalagi yang pacaran. Perlu diingat bahwa cinta itu menjaga, bukan untuk merusak. Tidak mau kan rencana yang sudah kalian susun menjadi berantakan?
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Novel Dua Garis Biru merupakan novel karangan Gina S Noer, novel ini menceritakan tentang kisah sepasang anak SMA yang terlibat pergaulan bebas diluar pernikahan. Novel ini dibintangi oleh Zara Adhisty sebagai Dara dan Angga Yunanda sebagai Bima, keduanya merupakan tokoh utama di novel ini dimulai ketika Bima dan Dara merupakan sepasang kekasih saat bersekolah di SMA. Mereka sepasang kekasih yang terlihat sangat dekat, selalu menghabiskan waktu bersama di sekolah maupun diluar sekolah. Hingga pada suatu ketika mereka melakukan hubungan seks, yang mengakibatkan Dara hamil saat masih duduk dibangku SMA. Sejak saat itu hidup Dara dan Bima menjadi kelam, dipenuhi pertengkaran. Novel karya Gina S Noer ini memang tak diragukan lagi dalam memoles kisahnya, berurutan, mengalir begitu saja membuat pembaca mengalami sendiri bahkan seakan tampil sebagai Bima dan Dara. Kisahnya sangat "related" dengan kejadian saat ini marak terjadi di sebagian wilayah di negeri ini. Bagaimana Gina S Noer menyajikannya menitipkan pesan-pesan moralnya melalui tokoh Bima dan Dara untuk "jleb" di hati para ini sangat menginspirasi banyak orang terutama dapat menjadi pelajaran untuk para remaja,ide cerita,dialog,semuanya pas tidak asal,memberikan pesan-pesan tersurat dan tersirat untuk para pembaca. Kita dibuat terbawa dengan alur dan konflik cerita yang dialami para karakter, karena konfliknya sangat relate bagi remaja dan orang tua. Disisi lain,dalam novel ini banyak dialog yang terlalu memicu kepada pornografi, ada kata yang kurang dipahami dan alur cerita yang menggantung. Lihat Humaniora Selengkapnya
Connection timed out Error code 522 2023-06-16 112150 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d82ab2a99b51c18 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
– Trailer Dua Garis Biru sebenarnya sudah menunjukkan inti cerita. Hanya ada beberapa pesan yang kuat dalam film yang diperankan oleh Dara Zara JKT48 dan Bima Angga Aldi Yunanda. Awalnya film ini seperti film drama kebanyakan. Menunjukkan kegiatan anak sekolah, rumah orangtua, dan pekerjaan sehari-hari dalam rumah. Tak lama, setelah scene dalam ruangan kelas. Bima ikut ke rumah Dara yang hanya ada asisten rumah tangga. Di sana, Bima bermain-main dengan Dara di kamarnya. Seperti perempuan kebanyakan yang baru berumur 20an, Dara juga pencinta Korea. Dalam kamarnya banyak sekali poster-poster boy band yang digandrungi anak muda. Selain poster, ia juga menempelkan kertas bertuliskan huruf Korea dan artinya di sebuah benda. Dari sini sudah terlihat, kalau Dara seorang perempuan yang suka belajar hal-hal yang baru. Akhirnya di kamar inilah terjadi pemantik konflik yang akan memicu lahirnya konflik baru dalam film. Usai didandani seperti artis Korea oleh Dara, Bima khilaf dan tidur bersama pacarnya. Sekolah tetap berjalan setelahnya. Sekilas tidak ada yang aneh, tetapi seperti film-film sinetron yang ada di Indonesia, ada adegan ingin muntah oleh Dara di sebuah warung sari laut bersama teman-temannya. Belakangan, dari sini, Dara dan Bima curiga kalau ada yang aneh. Betul, setelah tes kehamilan, terbukti Dara hamil. Anak sekecil mereka sudah diberi tanggung jawab untuk mengurus jabang bayi. Lucunya, sewaktu ingin membeli test pack, Dara malu. Sama seperti Bima. Akhirnya, mereka memesan ojek online untuk membeli test dan beberapa kerat roti. Ojek itu ngetem hanya beberapa langkah dari super market tempat mereka belanja. Dara dan Bima juga menunggu pesanan tak jauh dari tempat belanja tersebut. Tak butuh waktu lama, perut Dara kian hari kian membesar. Selama proses menunggu momen itu, film yang disutradarai oleh Ginatri S. Noer ini memberikan pelajaran yang penting buat pemuda dan pemudi. Pertama, dalam kondisi yang sulit itu, Dara masih sempat berpikir untuk merengkuh pendidikan setinggi-tingginya. Ia masih punya mimpi untuk kuliah di Korea. Ada satu percakapan yang menarik saya kira, ketika di kamar, Dara berbicara kepada Bima yang bunyinya kira-kira seperti ini, “saya tidak mau Bapak dari anak saya itu tidak pintar. Meski ia pekerja keras, ia juga harus bisa mendidik anaknya nanti.” Percakapan ini dimulai saat Bima bilang kepada Dara kalau gen dan intelegensi seorang anak, didominasi dari ibu. Jika ibunya pintar, maka otak anaknya juga tak jauh dari tingkat kecerdasan ibunya. Film ini kuat untuk memacu perempuan-perempuan bahwa pendidikan saat usia dini itu penting. Perempuan harus mengutamakan pendidikannya terlebih dahulu. Inilah yang menjadi perdebatan nantinya. Lahir konflik baru dari sini. Bagi saya, itu sudah benar. Perempuan harus berpendidikan dulu. Perkara akan menghadapi realita yang berbeda, itu urusan belakangan. Apa ruginya coba kalau kita berhasrat tinggi saat muda untuk terus-menerus belajar? Perempuan harus bisa bersaing dengan lelaki dalam bidang apa saja. Ini yang bisa ditonjolkan dalam Dua garis Biru. Sementara Bima mengajarkan penontonnya, meski memang kekurangan dalam hal pendidikan dan nilai-nilainya di sekolah lebih rendah dari Dara, tetapi Bima seorang yang bertanggung jawab. Tak ada kekerasan lelaki selaiknya dalam berita-berita yang marak terjadi, kalau tahu pasangannya hamil di luar nikah. Hanya ada perdebatan kecil, tetapi tak sampai ringan tangan kepada pasangannya. Di hadapan orangtua Dara Lulu Tobing dan Dwi Sasono, dengan tatapan yang percaya diri, Bima berjanji akan bertanggung jawab untuk Dara dan calon anaknya. Meski ia masih sekolah, ia memilih untuk bekerja sambilan. Dara sempat menyodorkan sebuah pilihan, kalau lebih baik ia melanjutkan dulu sekolahnya. Berpikir tentang masa depannya. Tetapi Bima bertekad untuk menjadi bapak seutuhnya, banti tulang untuk memenuhi hak dan kewajiban istrinya. Jika dalam agama seks bebas sudah dilarang. Maka di film ini, ditunjukkan mengapa seks bebas itu dilarang. Semua tergantung pilihan masing-masing. Mau melakukannya atau tidak. Paling tidak, film ini memberikan gambaran, kalau pasangan perempuan berujung hamil di luar nikah, maka dampak yang ditimbulkan akan sangat besar. Apalagi, jika terjadi saat masih muda, akan banyak hal yang harus dikorbankan. Dari film ini saya tahu, bukan perempuan saja yang dirugikan melainkan lelaki juga. Keduanya. Saya mempelajari dari satu scene saat Ibu Bima Cut Mini berteriak kepada Ibu Dara, kalau bukan Dara saja yang dirugikan. Sebab, Ibu Dara ngotot kalau anaknya yang paling dirugikan dalam kejadian ini. “Anak kita,” ujar Ibu Bima di ruang uks sekolah saat tahu Dara hamil. Cut Mini memainkan peran sebagai orang yang realistis dan tidak tampak moralis dengan menyalahkan banyak pihak. Tidak. Ia menerima konsekuensi dari sikap anaknya. Bagi saya, saat film ini terlalu berat dalam membela perempuan. Cut Mini muncul seperti bertepuk tangan di depan wajah kita, kalau lelaki juga dirugikan. Anggapan kalau efek seks bebas hanya merugikan perempuan saja, dibantah mentah-mentah oleh Cut Mini. Kesetaraan. Film ini menyuguhkan banyak sekali konflik dan penyelesaiannya. Film ini sarat pendidikan terlebih seks edukasi. Saya mengambilnya dari pandangan gender. Jadi sepenuhnya salah, jika film ini dicekal karena dianggap berbau pornografi, apalagi belum ditonton. Saya memberi film ini angka 5/10.
Jakarta - Gramedia Pustaka Utama GPU menerbitkan novel 'Dua Garis Biru'. Cerita yang dinovelisasi oleh Lucia Prioandarini bakal rilis pada 22 Juli 2019 mendatang."Dua Garis BiruPenulis Gina S. Noer skenario & Lucia Priandarini novel 👫Sudah nonton film Dua Garis Biru? Yuk resapi kisah Dara & Bima dalam medium yang berbeda, kali ini dengan membaca," tulis GPU, dilihat detikHOT, Senin 15/7/2019.Novelisasi 'Dua Garis Biru', tulis GPU, dapat menjadi obat rindu ketika kangen dengan dialog-dialog seperti dalam film. Serta alur cerita dan pengembangan karakter tokohnya. "Film dan bukunya sama-sama bikin banjir air mata," tulis GPU lagi.'Dua Garis Biru' membawa cerita bagaimana bila sebuah hubungan pacaran di kalangan remaja bisa melampaui batas. Kisah dalam 'Dua Garis Biru' menjadi cerminan bagi kehidupan remaja zaman sekarang yang tak lagi punya yang terbilang unik tersebut menjadi pertimbangan pihak editor GPU untuk merilisnya dalam bentuk novel."Pihak GPU menovelisasi 'Dua Garis Biru' karena selain ceritanya yang memang bagus, ada juga sisi edukasinya di sana," ujar Editor Senior bidang Fiksi Remaja GPU, Vera Kresna. Simak Video "LOONA Menang Atas Blockberry Creative di Pengadilan" [GambasVideo 20detik] tia/doc
resensi novel dua garis biru